Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

puisi kontemporer

PUISI KONTEMPORER
                Istilah puisi kontemporer di padankan dengan istilah puisi inkonvensional, puisi masa kini, puisi mutakhir, istilah kontemporer di dalam puisi kontemporer tidak menunjuk kepada waktu walaupun di dalam kamus istilah itu berarti dewasa ini. Masa kini atau mutakhir , pengenaan atau penerapan istilah kontemporer pada puisi kontemporer lebih mengarah kepdaa kehendak menunjukkan pada kondisi kreatif seniman di dalam mengolah dan menemukan idiom-idiom baru.
                Jika yang berpendapat bahwa kontemporer pada puisi kontemporer menunjukkan pada waktu dan bukan pada model puisi tertentu, maka pendapat demikian itu perlu diluruskan atau diperbaiki. Mengertikan seni kontemporer atau lebih khusus kepada puisi kontemporer dengan memakai kurun waktu misalnya dari tahun sekian sampai dengan tahun sekian, merupakan langkah atau sikap yang gegabah, tidak setiap hasil karya atau puisi misalnya tahun 1970-an berhak disebut kontemporer selama di dalamnya tidak terdapat atau tampak ciri-ciri kontemporer. Oleh karena itu, puisi kontemporer tidak menunjuk pada waktu. Didalam puisi kontemporer salah satu wajah yang penting adalah wajah eksplorasi dan sejumlah kemungkinan baru. Kemugkinan baru itu antara lain lahirnya eksperimen berupa penjungkirbalikan kata. Penciptaan kata-kata baru. Penciptaan idiom-idiom baru, percobaan semantik dan sintaksis.
                Puisi kontemporer tidak hanya terikat pada tema, tetapi juga terikat pada struktur fisik puisi. Berdasarkan keberadaan puisi kontemporer ini, maka pengertiannya, puisi yang muncul pada masa kini yang bentuk dan gayanya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi pada umumnya, puisi yang lahir di dalam kurun waktu tertentu yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi lainnya.
Puisi kontemporer adalah bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Misalnya, Sutardji mulai tidak mempercayai kekuatan kata tetapi dia mulai berpaling pada eksistensi bunyi dan kekuatannya. Danarto justru memulai kekuatan garis dalam menciptakan puisi.

TEMA DAN CIRI-CIRI PUISI KONTEMPORER
1. Tema Puisi kontemporer
Biasanya puisi-buisi kontemporer bertemakan
a. Tema protes yang ditujukan kepada kepincangan sosial dan dampak negatif dari industrialisasi
b. Tema humanisme yang mengemukakan kesadaran bahwa manusia adalah subjek pembangunan  dan bukan objek pembangunan
c. Tema yang mengungkapkan kehidupan batin yang religius dan cenderung kepada mistik
d. Tema yang dilukiskan melalui alegor dan parabel
e. Tema tentang perjuangan menegakkan hak-hak azasi manusia berupa perjuangan untuk kebebasan, persamaan hak, pemerataan, dan bebas dari cengkeraman dari teknologi modern.
f. Tema kritik sosial terhadap tindakan sewenang-wenang dari mereka yang menyelewengkan kekuasaan dan jabatan.

2. Ciri-ciri Puisi Kontemporer
a. Puisi bergaya mantra dengan sarana kepuitisan berupa pengulangan kata, frasa, atau kalimat.
b. Gaya bahasa paralelisme dikombinasi dengan gaya bahasa hiperbola dan enumerasi dipergunakan penyair untuk memperoleh efek pengucapan maksimal.
c. Tipografi puisi dieksploitasi secara sugestif dan kata-kata nonsens dipergunakan dan diberi makna baru.
d. Kata-kata dari bahasa daerah banyak dipergunakan untuk memberi efek kedaerahan dan efek ekspresif.
e. Asosiasi bunyi banyak digunakan untuk memeroleh makna baru
f. Banyak digunakan gaya penulisan prosais
g. Banyak menggunakan kata-kata tabu
h. Banyak ditulis puisi lugu untuk mengungkapkan gagasan secara polos.
Puisi Kontemporer di bedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.    Puisi Tanpa Kata
Yaitu puisi yang sama sekali tidak menggunakan kata sebagai alat ekspresinya. Sebagai gantinya di gunakan titik-titik, garis, huruf, atau simbol-simbol lain.

2.    Puisi Mini Kata
Yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata dalam jumlah yang sangat sedikit, dilengkapi dengan symbol lain yang berupa huruf, garis, titik, atau tanda baca lain.

3.    Puisi Multi Lingual
Yaitu Puisi kontemporer yang menggunakan kata atau kalimat dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing
.
4.    Puisi Tipografi
Yaitu puisi kontemporer yang memandang bentuk atau wujud fisik puisi mampu memperkuat ekspresi puisi. Bahkan wujud fisik puisi dipandangg sebagai salahh satu unsur puisi, sebagai suatu tanda yang memiliki makna tertentu, yang tidak terlepas dari keseluruhan makna puisi.

5.    Puisi Supra Kata
Yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata-kata konvensional yang dijungkir-balikkan atau penciptaan kata-kata baru yang belum pernah ada dalam kosakata bahasa Indonesia. Puisi macam ini lebih mementingkan aspek bunyi dan ritme, sehingga merangsang timbulnya suasana magis (cenderung sebagai puisi mantra).

6.    Puisi Idiom Baru
Puisi macam ini dibedakan dengan puisi konvensional terutama oleh penggunaan idiom-idiom baru yang terdapat didalamnya. Puisi idiom baru tetap menggunakan kata sebagai alat ekspresinya, tetapi kata tersebut dibentuk dan diungkapkan dengan cara baru, diberi nyawa baru. Digunakan idiom-idiom baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya.

7.    Puisi Mbeling
Puisi mbeling pada umumnya mengandung unsure humor, bercorak kelakar. Dalam puisi ini sering terdapat unsure kritik, terutama kritik sosial. Puisi mbeling tidak meng’haram’kan penggunaan suatu kata. Semua kata mempunyai hak yang sama dalam penulisan puisi ini.
Pengertian Puisi Mbeling

Adapun sikap mbeling yang esensial adalah menjalani hidup dengan jiwa kanak-kanan, yang makna dan pengertiannya tidak kekanak-kanakan, dan juga tidak kebarat-baratan. Tidak sok serius dalam menanggapi keadaan, tetapi dalam mereaksi sebuah persoalan, sarat dengan makna. Ini tidak berarti santai dan tidak berarti tidak peduli pada lingkungan hidup.

Dalam kata lain, puisi mbeling adalah semacam jeda dari “tradisi” penulisan puisi lirik indonesia, yang tentu saja dalam cara mengapresiasinya perlu semacam pisau analisis atau wacana lain, yang berbeda dengan wacana puisi lirik, simbiolisme, surrealisme, dan isme isme yang lainnya dari berbagai belahan dunia.

Latar Belakang Munculnya gerakan Puisi Mbeling

Jeihan berkata tentang gerakan puisi mbeling ini
“ sekali lagi saya tegaskan, bahwa puisi yang saya tulis pada tahun 1969 merupakan cikal bakal lahirnya gerakan puisi mbeling. Pada awal tahun 70an, rumah saya di cicadas kerap dijadikan markas para seniman Bandung yang memang berpikiran nakal-nakal. Mereka antara lain Remy Sylado, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM, Sanento Yuliman dan Wing Karjo. Pada bulan Oktober 1971, kami dikejutkan oleh Rendra yang membuat perkemahan kaum urakan di pantai Parangtaritis, Yogyakarta. Untuk mereaksi gerakan tersebut, lalu kami sepakat membikin gerakan puisi mbeling. Jadi gencarnya publikasi puisi mbeling itu sendiri merupakan reaksi atas gerakan kaum urakan yang dikomandani oleh Rendra, pada 16 Oktober 1971”

Sebagai gerakan, apa yang diganyang oleh gerakan puisi mbeling sebagaimana pernah dikatakan penyair Taufiq Ismail, ternyata bukan hanya kritik terhadap puisi itu sendiri. Tetapi juga sekaligus merupakan kritik terhadap majalah sastra horison dan para penyair yang sudah mapan pada saat itu.

Apresiasi puisi-puisi mbeling Jeihan Sukmantoro

Pada bagian pertama, akan diulas bagaimana puisi mbeling Jeihan yang ditulisnya dengan menggunakan kata-kata sebagai daya ekspresi dari kegelisahan batinnya yang direaksinya secara main-main, tapi ternyata sungguh-sunguh. Sedangkan pada bagian lain adalah menikmati puisinya yang menggunakan lambang angka dan lambang huruf.

BAGIAN PERTAMA

Dimulai dengan puisinya berjudul NELAYAN yang mengungkapkan dasar filosofi kaum mbeling tahun 1970-an


NELAYAN

Di tengah laut
Seorang nelayan berseru
Tuhan bikin laut
Beta bikin perahu
Tuhan bikin angin
Beta bikin layar

Tiba-tiba perahunya terguling

Akh,
Beta main-main
Tuhan sungguh-sungguh

1974

Puisi di atas seolah mau menyatakan maksud puisi mbeling, yakni bahwa “beta main-main, tuan sungguh-sungguh”. Puisi bertolak dari niat bermain-main. Niat untuk membuat bentuk demi suka ria bersama. Walaupun sejumlah puisinya tidak dapat dianggap hanya permainan kata belaka. Seperti sejumlah puisi selanjutnya.

Apa yang ditulis Jeihan dalam sejumlah puisi mbelingnya, ternyata selalu berada dalam arus kesadaran akan situasi yang terjadi pada saat itu. Kerap bersinggungan dengan masalah sosial. Semisal pada sebuah puisi mbelingnya di bawah ini:

PANGGILAN

NARKO
TIKNO
NARKOTIK
NO!

1974

Pada konteks ini, puisi tersebut bukan hanya permainan makna, namun sudah jauh-jauh hari Jeihan menolak kehadiran narkotik di bumi Indonesia. Dan hingga kini puisi tersebut terasa aktual sekaligus kontekstual dengan zaman yang mengiringinya

Sementara dalam puisinya di bawah ini:

KELUARGA BERENCANA, 2

Ata
Adi
Aga

Astaga
Anakku sudah tiga!
Biar saja

1973

Lewat puisinya ini Jeihan sesungguhnya sedang mereaksi program KB yang sudah mulai digencarkan pemerintah sejak awal tahun 1970-an. Jeihan di situ ingin menunjukan, bahwa dirinya sudah terlanjur punya anak tiga dan berusaha untuk masuk KB. Dan slogan KB adalah dua anak cukup. Tapi nyatanya di kemudian hari, Jeihan tidak mengikuti program tersebut.

Dari tiga puisi di atas, tampak Jeihan banyak memanfaatkan kata-kata sehari-hari, yang boleh jadi hal itu menjadi sampah bagi penulisan puisi lirik, simbolik, atau surrealisme. Walau teks yang digunakan Jeihan berangkat dari sampah kata-kata, nyatanya teks tersebut masih memberikan kebulatan makna. Masih merupakan sebuah pemandangan sekaligus pandangan batin yang koheren dengan kehidupan yang dialaminya dan dijalaninya secara personal.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS